Puisi Pertama
Kerja Keras Sang Ayah
Ketika
sang surya menyambut
Langitpun ikut cerah
menyertai cuaca
Kesibukanmupun ikut
menyambut
Demi menghadapi Dunia
Terik mentari yang
menyengat
Derasnya hujan yang
turun
Takkan pernah patahkan
semangat
Meski hadapi segala
rintangan
Demi anak dan istrimu
Kau rela korbankan
waktumu
Untuk memenuhi
kebutuhanmu
Serta suatu kewajibanmu
Belum ada yang dapat
kami persembahkan
Kepada ayah, tumpuan
masa depan
Hanya seucap kata terima
kasih dan
Teriring doa serta
harapan
Analisis Puisi
Bait pertama :
Bait pertama pada puisi di atas menceritakan
tentang kesibukan seorang ayah dalam bekerja yang dimulai dari pagi hari. Ini
ditandai dengan kalimat “ ketika sang surya menyambut”. Frase ”sang surya” sama
dengan sebuah matahari yang dapat kita artikan dengan pagi hari. Disana juga
ada kalimat yang mengatakan “ demi menghadapi dunia”. Maksud dari kalimat
tersebut adalah sang ayah bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarga.
Bait kedua :
Pada bait kedua menjelaskan tentang kerja
keras seorang ayah dalam mencari nafkah. Walau begitu banyak halangan,
rintangan dan masalah yang dilalui, namun semangatnya dalam mencari nafkah
untuk anak-anak dan istrinya tidak pernah surut.
Bait ketiga :
Bait ketiga berisi tentang keikhlasan hati
seorang ayah dalam bekera. Demi keluarganya, ia rela kerja keras banting tulang
mengorbankan waktu dan tenaganya demi menghidupi keluarganya. Ia tidak pernah
mengeluh atau merasa terpaksa melakukan semua itu, karena ia menganggap itu
adalah suatu kewajibannya.
Bait keempat :
Bait ini menceritakan tentang pengakuan
seorang anak kepada ayahnya, dimana sang anak tidak dapat meberikan apa-apa
untuk membalas semua kebaikan ayahnya. Hanya kata terima kasih dan seucap do’a
yang bisa ia panjatkan untuk ayah tercintanya.
Kesimpulan :
Dari keempat bait di atas dapat ditarik
kesimpulan bahwa seorang ayah adalah sosok yang sangat mulia, ia rela kerja
keras banting tulang mulai dari pagi hari hingga petang hanya untuk memenuhi
kebutuhan keluaraganya. Walaupun begitu banyak masalah yang didapatkan namun selalu
ia hadapi. Ia juga melakukan semua itu dengan ikhlas tanpa mengharapkan
apa-apa, tanpa memperdulikan dirinya sendiri. Ia menganggap kerja kerasnya itu
adalah suatu kewajiban yang harus ia lakukan. Atas semua itu, sang anak tidak
akan bisa membalas semua kebaikan itu dengan apapun juga. Hanya ucapan terima
kasih dan do’a yang tuluslah yang bisa ia persembahklan untuk ayah tercintanya.
Puisi Kedua
Pengorbanan Seorang Ayah
Kau bagaikan mentari
diwaktu pagi
Dan bagaikan rembulan
diwaktu malam
Kau adalah sumber
kehidupan kami
Dan pelindung kami di
malam yang kelam
Suara nyanyian burung di
pagi hari
Suara gemericik air yang
nyaring
Kau bekerja keras
beralaskan kaki
Rela menderita demi anak
yang malang
Demi kami keluargamu
Yang menjadi tanggung
jawabmu
Kau hidangkan kami
senyum palsumu
Dan kau sembunyikan
penderitaanmu
Sungguh besar
jasa-jasamu
Untuk membalasnya kami
takkan mampu
Terimakasih atas
pengorbananmu
Yang menjadi tumpuan
bagi keluargamu
Analisis Puisi
Bait pertama :
Pada bait pertama
ini menceritakan tentang keberadaan seorang ayah bagi anaknya. Ayah selalu
menghangatkan keluarganya dengan kebaikan, kerja keras, kasih sayang dan
perhatiannya kepada keluarganya. Ini ditandai dengan kalimat “ Kau bagaikan
mentari di waktu pagi”. Mentari pagi bisa diartikan sebagai penghangat tubuh
oleh cuaca pagi yang dingin. Kemudia pada kalimat pada baris kedu yang
mengatakan bahwa “ Dan bagaikan rembulan di waktu malam”. Ayah adalah seorang
penerang bagi keluarganya, terutama anak-anaknya. Maksudnya disini adalah, ayah
selalu memberikan nasihat-nasihat yang baik pada anak-anaknya sehinhgga
anak-anaknya bisa tumbuh menjadi pribadi yang baik dan mampu menjalani
kehidupannya dengan bahagia. Pada kalimat ketiga, sang anak mengakui bahwa
ayahnyalah yang menjadi sumber kehidupannya, dan ayahlah yang selalu
melindunginya dari kesulitan, yang ditandai dengan kalimat “ dan pelindung kami
di malam yang kelam”. Malam yang kelam bisa juga diatikan sebagai kesulitan
atau penderitaan.
Bait kedua :
Bait kedua
menceritakan tentang seorang ayah yang rela banting tulang menghidupi keluarga,
tanpa pernah memikirkan dirinya sendiri. Ia melakukan semua itu karena rasa
sayangnya kepada keluarganya.
Bait ketiga :
Puisi pada bait
ketiga menceritakan tentang keikhlasan seorang ayah dalam bekerja keras mencari
nafkah. Walau sangat lelah namun ia tidak pernah memperlihatkannya. Saat pulang
ke rumah, hanya senyum palsu yang ia tampakkan.maksudnya disini adalah, ia pura-pura
tersenyum padahal rasa lelah sealu menyelimuti dirinya. Tak pernah sedikitpun
ia tampakkan penderitaanya.
Bait keempat :
Bait ini berisi
tentang ucapan terima kasih sang anak kepada ayahnya, karena hanya itu yang
dapat ia berikan untuk mebalas semua jasa-jasa ayahnya.
Kesimpulan :
Ayah adalah seorang
pelindung keluaraga. Menjadi penasihat bagi anak-anaknya sehingga anak-anaknya
tumbuh menjadi pribadi yang baik dan mampu manjalani kehidupannya dengan
bahagia.selain itu ayah adalah tumpuan bagi keluarganya, ayahlah yang kerja
keras mencari nafkah. Ia melakukansemua itu dengan ikhlas tanpa memperlihatkan
sedikitpun penderitaan pada anak-anak dan istrinya. Hanya ucapan terima kasih
yang bisa diberikan oleh keluarga atas semua kerja keras itu.
Puisi Ketiga
Kegigihan Seorang Ayah
Selalu, kau melangkah
tanpa ragu
Walau sejuta rintangan
menghalang
Tetapi semua itu tak
nampak dalam rautmu
Demi kehidupan yang
menentang
Begitu banyak lagi kau
berikan
Begitu banyak
pengorbananmu untuk kami
Takkan pernah kami
lupakan
Demi kami, anak dan
isterimu yang menanti
Engkau rela kehujanan
Badaipun ikut menerjang
Engkaupun rela kepanasan
Dengan gagah dapat kau
terjang
Sungguh besar
pengorbananmu
Hanya dapat kubalas
dengan
Budi pekerti dan
kebaikanku
Serta sebuah doa dengan
keikhlasan
Analisis Puisi
Bait pertama :
Ayah selalu
berjuang tanpa henti dan menghadapi semua rintangan yang menghadangnya. Ia terus
bekerja demi menghidupi keluarganya. Rasa lelah dan masalah tidak pernah
sedikitpun ia tampakkan di depan mereka.
Bait kedua :
Kami anak-anak dan
istrimu tidak akan pernah melupakan semua jasa dan pengorbanan yang telah kau
lakukan untuk kami. Semua itu akan selalu tertanam dalam hati.
Bait ketiga :
Seorang ayah akan
rela menderita menghadapi semua masalah agar keluarganya dapat hidup dengan
bahagia. Ini ditandai dengan kalimat “ badaipun ikut menerjang”. Kata badai
diibaratkan sebagai sebuah masalah yang besar. Walau masalah sebesar apapun
yang menghadanya namun ia tetap semangat untuk bekerja.
Bait keempat :
Segala pengorbanan
dan kerja keras sang ayah hanya dapat dibalas dengan budi pekerti, prilaku yang
baik serta do’a oleh anak-anak dan istrinya, karena hanya itu yang dapat
diberikannya.
Kesimpulan :
Sang ayah selalu
giat bekerja dan menghadapi semua masalah yang menghadangnya. Pengorbanan
tersebut tak akan pernah dilupakan oleh keluarganya. Pengorbanan yang begitu
besar. Sang ayah rela menderita dan berjuang dengan apa adanya. Hanya akhlak
dan prilaku yang baik serta do’a yang tulus yang bisa diberikan oleh keluarga
untuk membalas semua itu.
Puisi Keempat
Laki-laki
Panutan
Gayamu
tak selembut sutera
Tuturmu tak seindah
kelopak bunga
Tapi Pengabdianmu pada
keluarga
Laksana matahari terangi
jagat raya
Mahkota bukan senjatamu
Kursi raja bukan
obsesimu
Hanya jujur jadi
prinsipmu
dan Tanggung jawab jadi
kekuatanmu
hai...Laki-laki panutan
Tiap tindakmu tertanam
didadaku
Tiap langkahmu terpatri
disanubariku
Ayah...Kaulah
Kebanggaanku
Panutan Hidupku
Analisis Puisi
Bait pertama :
Ayah adalah sosok
yang sederhana dan tak banyak berkata-kata. Namun pengabdiannya pada keluarganya
sangat bersar. Ini ditandai dengan kata-kata “ selembut sutra, seindah kelopak
bunga, dan matahari terangi jagat raya”. Kata sutra identik dengan kelelmbutan
yang diibaratkan dengan gaya sang ayah. Kelopak bunga menggambarkan tentang
keindahan yang diibaratkan dengan tutur sang ayah. Sedangkan matahari terangi
jagat raya diibaratkan dengan pengabdian sang ayah yang tak pernah henti kepada
keluarganya.
Bait kedua ;
Ayah tidak pernah
mencari kekuasaan dalam bekerja.kekuasaan disini ditandai dengan kata “mahkota”
dan “ kursi raja” Tujuannya semata-mata hanya untuk mencukupi kebutuhan
keluarganya, agar kelurganya tidak kekurangan satu apapun. Hanya kejujuran dan
rasa tanggung jawab yang mendasari dirinya untuk tetap berusaha.
Bait ketiga :
Ayah merupakan
laki-laki panutan bagi anak-anaknya, yang kelak dapat ditiru segala perbuatan
baiknya. Apa yang dilakukan seorang ayah tersebut akan selalu dikenang oleh anak-anaknya
hingga kelak ia menjadi orang tua seperti ayahnya.
Bait keempat :
Ayah merupakan kebanggaan
dan panutan bagi keluarganya, terutama anak-anaknya. Sikap baik ayah tersebut
akan ditiru kelak oleh anak-anaknya, sehingga anak-anaknya dapat menjadi orang
tua yang baik bagi anak mereka kelak.
Kesimpulan :
Kesimpulan dari
puisi di atas adalah sang ayah merupakan suatu kebanggaan dan panutan yang baik
bagi anak-anaknya. Kesederhanaan dan tutur katanya yang baik akan mampu menjadi
contoh yang baik.
Puisi Kelima
Dia itu Ayahku
Sang fajar mulai bersinar
Hentakan kaki seakan
bergemuruh
Suara sepatu seakan
bergemuruh
Hendak pergi mengucap salam
tak ada rasa lelah
tak ada rasa malas
untuk bekerja seharian
peluh yang bercucuran
tak pernah kau hiraukan
laksana santapan
kau siapa untuk
memakannya
bukan mencari harta
semata
tujuan hati
bukan pula menduduki jabatan
yang kau sayangi
tetapi demi menafkahi
keluarga yang dicintai
kau bagaikan
contoh teladan untukku
kau pulalah
yang mengajarkan
kita harus bisa survive
di hidup yang keras ini
sungguh jasa dan pengorbananmu
AYAH....
tidak akan ku lupa
sampai nanti
Analisis puisi
Bait pertama :
Bait ini bercerita
tentang kerja keras dan semangat ayah dalam mencari nafkah. Saat hari mulai
pagi ia sudah bersiap melangkahkan kakinya untuk mencari nafkah. Dan selalu
salam yang diucapkan saat hendak meninggalkan rumah.
Bait kedua :
Ayah tidak pernah
lelah bahkan malas dalam bekerja. Semua itu ia lakukan demi menghidupi
keluarganya yang sangat ia cintai.
Bait ketiga :
Ayah tak pernah
mengeluh dalam bekerja. Walau bagaimanapun rasa lelah menghinggapi dirinya
namun ia tetap semangat menjalani semuanya. Semua itu ia lakukan semata-mata
bukan untuk mencari harta namun juga untuk mencari ridho dan pahala dari Allah
swt. ia melakukan semua itu demi kewajiiban dan tanggung jawab kepada keluarganya.
Bait keempat :
Ayah merupakan
panutan dan teladan yang baik bagi anak-anaknya. Karena ayahlah yang selalu
mengajarkan anaknya untuk dapat terus menjalani hidup yang keras ini.
Bait kelima :
Seorang anak tidak
akan pernah melupakan kerja keras dan pengorbanan ayahnya yang telah banyak mengeluarkan
waktu, tenaga dan pikirannya untuk membesarkan anak-anaknya.
Kesimpulan :
Dalam mencari
nafkah ayah selalu ikhlas dan tak pernah mengeluh dalam mecari nafkah untuk
keluarganya. Ia melakukannya semata-mata untuk mengejar harta, namun lebih dari
itu juga ia lakukan untuk mengharapkan ridho dari Allah dan untuk melakasanakan
kewajiban dan tanggung jawabnya kepada keluraganya.sehingga ayah merupakan contoh
teladan yang baik bagi anak-anaknya. Dan kelak,pengorbanan itu akak selalu
dikenang oleh anaknya.
KESIMPULAN
Kelima puisi di
atas menceritakan tentang pengorbanan seorang ayah dalam menghidupi
keluarganya. Ia rela banting tulang demi memenuhi kebutuhan keluarganya. Ia
tidak pernah mengeluh dengan apa yang ia lakukan. Ia melakukannya dengan ikhlas
semata-mata agar anak dan istrinya bisa makan, sekolah dan untuk memenuhi
kebutuhan lainya. Ayah tidak pernah meminta imbalan apa-apa. Cukup dengan
melihat anak dan istrinya bahagia ia pun sangat bahagia.
AMANAT
0 komentar:
Posting Komentar