Rabu, 15 September 2021

ANALISIS PUISI BERTEMA “ Pengorbanan Seorang Ayah”


 

Puisi Pertama

 Kerja Keras Sang Ayah

Ketika sang surya menyambut
Langitpun ikut cerah menyertai cuaca
Kesibukanmupun ikut menyambut
Demi menghadapi Dunia

Terik mentari yang menyengat
Derasnya hujan yang turun
Takkan pernah patahkan semangat
Meski hadapi segala rintangan

Demi anak dan istrimu
Kau rela korbankan waktumu
Untuk memenuhi kebutuhanmu
Serta suatu kewajibanmu

Belum ada yang dapat kami persembahkan
Kepada ayah, tumpuan masa depan
Hanya seucap kata terima kasih dan
Teriring doa serta harapan

 

Analisis Puisi

Bait pertama     :

Bait pertama pada puisi di atas menceritakan tentang kesibukan seorang ayah dalam bekerja yang dimulai dari pagi hari. Ini ditandai dengan kalimat “ ketika sang surya menyambut”. Frase ”sang surya” sama dengan sebuah matahari yang dapat kita artikan dengan pagi hari. Disana juga ada kalimat yang mengatakan “ demi menghadapi dunia”. Maksud dari kalimat tersebut adalah sang ayah bekerja demi memenuhi kebutuhan keluarga.

Bait kedua        :

Pada bait kedua menjelaskan tentang kerja keras seorang ayah dalam mencari nafkah. Walau begitu banyak halangan, rintangan dan masalah yang dilalui, namun semangatnya dalam mencari nafkah untuk anak-anak dan istrinya tidak pernah surut.  

Bait ketiga        :

Bait ketiga berisi tentang keikhlasan hati seorang ayah dalam bekera. Demi keluarganya, ia rela kerja keras banting tulang mengorbankan waktu dan tenaganya demi menghidupi keluarganya. Ia tidak pernah mengeluh atau merasa terpaksa melakukan semua itu, karena ia menganggap itu adalah suatu kewajibannya.

Bait keempat    :

Bait ini menceritakan tentang pengakuan seorang anak kepada ayahnya, dimana sang anak tidak dapat meberikan apa-apa untuk membalas semua kebaikan ayahnya. Hanya kata terima kasih dan seucap do’a yang bisa ia panjatkan untuk ayah tercintanya.

Kesimpulan      :

Dari keempat bait di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang ayah adalah sosok yang sangat mulia, ia rela kerja keras banting tulang mulai dari pagi hari hingga petang hanya untuk memenuhi kebutuhan keluaraganya. Walaupun begitu banyak masalah yang didapatkan namun selalu ia hadapi. Ia juga melakukan semua itu dengan ikhlas tanpa mengharapkan apa-apa, tanpa memperdulikan dirinya sendiri. Ia menganggap kerja kerasnya itu adalah suatu kewajiban yang harus ia lakukan. Atas semua itu, sang anak tidak akan bisa membalas semua kebaikan itu dengan apapun juga. Hanya ucapan terima kasih dan do’a yang tuluslah yang bisa ia persembahklan untuk ayah tercintanya.

 

 

Puisi Kedua

 Pengorbanan Seorang Ayah

Kau bagaikan mentari diwaktu pagi
Dan bagaikan rembulan diwaktu malam
Kau adalah sumber kehidupan kami
Dan pelindung kami di malam yang kelam

Suara nyanyian burung di pagi hari
Suara gemericik air yang nyaring
Kau bekerja keras beralaskan kaki
Rela menderita demi anak yang malang

Demi kami keluargamu
Yang menjadi tanggung jawabmu
Kau hidangkan kami senyum palsumu
Dan kau sembunyikan penderitaanmu

Sungguh besar jasa-jasamu
Untuk membalasnya kami takkan mampu
Terimakasih atas pengorbananmu
Yang menjadi tumpuan bagi keluargamu
 

Analisis Puisi

Bait pertama     :

Pada bait pertama ini menceritakan tentang keberadaan seorang ayah bagi anaknya. Ayah selalu menghangatkan keluarganya dengan kebaikan, kerja keras, kasih sayang dan perhatiannya kepada keluarganya. Ini ditandai dengan kalimat “ Kau bagaikan mentari di waktu pagi”. Mentari pagi bisa diartikan sebagai penghangat tubuh oleh cuaca pagi yang dingin. Kemudia pada kalimat pada baris kedu yang mengatakan bahwa “ Dan bagaikan rembulan di waktu malam”. Ayah adalah seorang penerang bagi keluarganya, terutama anak-anaknya. Maksudnya disini adalah, ayah selalu memberikan nasihat-nasihat yang baik pada anak-anaknya sehinhgga anak-anaknya bisa tumbuh menjadi pribadi yang baik dan mampu menjalani kehidupannya dengan bahagia. Pada kalimat ketiga, sang anak mengakui bahwa ayahnyalah yang menjadi sumber kehidupannya, dan ayahlah yang selalu melindunginya dari kesulitan, yang ditandai dengan kalimat “ dan pelindung kami di malam yang kelam”. Malam yang kelam bisa juga diatikan sebagai kesulitan atau penderitaan.

Bait kedua        :

Bait kedua menceritakan tentang seorang ayah yang rela banting tulang menghidupi keluarga, tanpa pernah memikirkan dirinya sendiri. Ia melakukan semua itu karena rasa sayangnya kepada keluarganya.

Bait ketiga        :

Puisi pada bait ketiga menceritakan tentang keikhlasan seorang ayah dalam bekerja keras mencari nafkah. Walau sangat lelah namun ia tidak pernah memperlihatkannya. Saat pulang ke rumah, hanya senyum palsu yang ia tampakkan.maksudnya disini adalah, ia pura-pura tersenyum padahal rasa lelah sealu menyelimuti dirinya. Tak pernah sedikitpun ia tampakkan penderitaanya.

Bait keempat    :          

Bait ini berisi tentang ucapan terima kasih sang anak kepada ayahnya, karena hanya itu yang dapat ia berikan untuk mebalas semua jasa-jasa ayahnya.

Kesimpulan      :

Ayah adalah seorang pelindung keluaraga. Menjadi penasihat bagi anak-anaknya sehingga anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi yang baik dan mampu manjalani kehidupannya dengan bahagia.selain itu ayah adalah tumpuan bagi keluarganya, ayahlah yang kerja keras mencari nafkah. Ia melakukansemua itu dengan ikhlas tanpa memperlihatkan sedikitpun penderitaan pada anak-anak dan istrinya. Hanya ucapan terima kasih yang bisa diberikan oleh keluarga atas semua kerja keras itu.

 

Puisi Ketiga

 Kegigihan Seorang Ayah

Selalu, kau melangkah tanpa ragu
Walau sejuta rintangan menghalang
Tetapi semua itu tak nampak dalam rautmu
Demi kehidupan yang menentang

Begitu banyak lagi kau berikan
Begitu banyak pengorbananmu untuk kami
Takkan pernah kami lupakan
Demi kami, anak dan isterimu yang menanti

Engkau rela kehujanan
Badaipun ikut menerjang
Engkaupun rela kepanasan
Dengan gagah dapat kau terjang

Sungguh besar pengorbananmu
Hanya dapat kubalas dengan
Budi pekerti dan kebaikanku
Serta sebuah doa dengan keikhlasan

 

Analisis Puisi

Bait pertama     :

Ayah selalu berjuang tanpa henti dan menghadapi semua rintangan yang menghadangnya. Ia terus bekerja demi menghidupi keluarganya. Rasa lelah dan masalah tidak pernah sedikitpun ia tampakkan di depan mereka.

Bait kedua        :

Kami anak-anak dan istrimu tidak akan pernah melupakan semua jasa dan pengorbanan yang telah kau lakukan untuk kami. Semua itu akan selalu tertanam dalam hati.

Bait ketiga        :

Seorang ayah akan rela menderita menghadapi semua masalah agar keluarganya dapat hidup dengan bahagia. Ini ditandai dengan kalimat “ badaipun ikut menerjang”. Kata badai diibaratkan sebagai sebuah masalah yang besar. Walau masalah sebesar apapun yang menghadanya namun ia tetap semangat untuk bekerja.

Bait keempat    :

Segala pengorbanan dan kerja keras sang ayah hanya dapat dibalas dengan budi pekerti, prilaku yang baik serta do’a oleh anak-anak dan istrinya, karena hanya itu yang dapat diberikannya.

Kesimpulan      :

Sang ayah selalu giat bekerja dan menghadapi semua masalah yang menghadangnya. Pengorbanan tersebut tak akan pernah dilupakan oleh keluarganya. Pengorbanan yang begitu besar. Sang ayah rela menderita dan berjuang dengan apa adanya. Hanya akhlak dan prilaku yang baik serta do’a yang tulus yang bisa diberikan oleh keluarga untuk membalas semua itu.

  

Puisi Keempat

Laki-laki Panutan

Gayamu tak selembut sutera
Tuturmu tak seindah kelopak bunga
Tapi Pengabdianmu pada keluarga
Laksana matahari terangi jagat raya

Mahkota bukan senjatamu
Kursi raja bukan obsesimu
Hanya jujur jadi prinsipmu
dan Tanggung jawab jadi kekuatanmu

hai...Laki-laki panutan
Tiap tindakmu tertanam didadaku
Tiap langkahmu terpatri disanubariku

Ayah...Kaulah Kebanggaanku
Panutan Hidupku

 

Analisis Puisi

Bait pertama     :

Ayah adalah sosok yang sederhana dan tak banyak berkata-kata. Namun pengabdiannya pada keluarganya sangat bersar. Ini ditandai dengan kata-kata “ selembut sutra, seindah kelopak bunga, dan matahari terangi jagat raya”. Kata sutra identik dengan kelelmbutan yang diibaratkan dengan gaya sang ayah. Kelopak bunga menggambarkan tentang keindahan yang diibaratkan dengan tutur sang ayah. Sedangkan matahari terangi jagat raya diibaratkan dengan pengabdian sang ayah yang tak pernah henti kepada keluarganya.

Bait kedua        ;

Ayah tidak pernah mencari kekuasaan dalam bekerja.kekuasaan disini ditandai dengan kata “mahkota” dan “ kursi raja” Tujuannya semata-mata hanya untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, agar kelurganya tidak kekurangan satu apapun. Hanya kejujuran dan rasa tanggung jawab yang mendasari dirinya untuk tetap berusaha.

Bait ketiga        :

Ayah merupakan laki-laki panutan bagi anak-anaknya, yang kelak dapat ditiru segala perbuatan baiknya. Apa yang dilakukan seorang ayah tersebut akan selalu dikenang oleh anak-anaknya hingga kelak ia menjadi orang tua seperti ayahnya.

Bait keempat    :

Ayah merupakan kebanggaan dan panutan bagi keluarganya, terutama anak-anaknya. Sikap baik ayah tersebut akan ditiru kelak oleh anak-anaknya, sehingga anak-anaknya dapat menjadi orang tua yang baik bagi anak mereka kelak.

Kesimpulan      :

Kesimpulan dari puisi di atas adalah sang ayah merupakan suatu kebanggaan dan panutan yang baik bagi anak-anaknya. Kesederhanaan dan tutur katanya yang baik akan mampu menjadi contoh yang baik.

 

Puisi Kelima

Dia itu Ayahku

Sang fajar mulai bersinar
Hentakan kaki seakan bergemuruh
Suara sepatu seakan bergemuruh
Hendak pergi mengucap
salam
        tak
ada rasa lelah
        tak ada rasa malas
        untuk bekerja seharian
peluh
yang bercucuran
tak pernah kau hiraukan
laksana santapan
kau siapa untuk memakannya
bukan mencari harta semata
tujuan hati
        bukan
pula menduduki jabatan
        yang kau sayangi
        tetapi demi menafkahi
        keluarga yang dicintai
        kau bagaikan
contoh teladan untukku
kau pulalah
yang mengajarkan
kita harus bisa survive
di hidup yang keras ini
        sungguh jasa dan pengorbananmu
        AYAH....
        tidak akan ku lupa
        sampai nanti

 

Analisis puisi  

Bait pertama     :

Bait ini bercerita tentang kerja keras dan semangat ayah dalam mencari nafkah. Saat hari mulai pagi ia sudah bersiap melangkahkan kakinya untuk mencari nafkah. Dan selalu salam yang diucapkan saat hendak meninggalkan rumah.

Bait kedua        :

Ayah tidak pernah lelah bahkan malas dalam bekerja. Semua itu ia lakukan demi menghidupi keluarganya yang sangat ia cintai.

Bait ketiga        :

Ayah tak pernah mengeluh dalam bekerja. Walau bagaimanapun rasa lelah menghinggapi dirinya namun ia tetap semangat menjalani semuanya. Semua itu ia lakukan semata-mata bukan untuk mencari harta namun juga untuk mencari ridho dan pahala dari Allah swt. ia melakukan semua itu demi kewajiiban dan tanggung jawab kepada keluarganya.

Bait keempat    :

Ayah merupakan panutan dan teladan yang baik bagi anak-anaknya. Karena ayahlah yang selalu mengajarkan anaknya untuk dapat terus menjalani hidup yang keras ini.

Bait kelima       :

Seorang anak tidak akan pernah melupakan kerja keras dan pengorbanan ayahnya yang telah banyak mengeluarkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membesarkan anak-anaknya.

Kesimpulan      :

Dalam mencari nafkah ayah selalu ikhlas dan tak pernah mengeluh dalam mecari nafkah untuk keluarganya. Ia melakukannya semata-mata untuk mengejar harta, namun lebih dari itu juga ia lakukan untuk mengharapkan ridho dari Allah dan untuk melakasanakan kewajiban dan tanggung jawabnya kepada keluraganya.sehingga ayah merupakan contoh teladan yang baik bagi anak-anaknya. Dan kelak,pengorbanan itu akak selalu dikenang oleh anaknya.

 

KESIMPULAN

Kelima puisi di atas menceritakan tentang pengorbanan seorang ayah dalam menghidupi keluarganya. Ia rela banting tulang demi memenuhi kebutuhan keluarganya. Ia tidak pernah mengeluh dengan apa yang ia lakukan. Ia melakukannya dengan ikhlas semata-mata agar anak dan istrinya bisa makan, sekolah dan untuk memenuhi kebutuhan lainya. Ayah tidak pernah meminta imbalan apa-apa. Cukup dengan melihat anak dan istrinya bahagia ia pun sangat bahagia.

AMANAT

Amanat yang terkandung dalam puisi di atas yaitu kita diingatkan tentang besarnya pengorbanan seorang ayah untuk mendidik dan menghidupi keluarganya. Untuk itu kita semestinya harus selalu tunduk dam patuh kepadanya, serta selalu memperlakukannya dengan penuh kasih saying. Sungguh tidak pantas apabila kita menentangnya, mengingat begitu banyak hal yang telah ia lakukan untuk kita. Ia tidak pernah mengeluh dan selalu bekerja keras demi kita. Maka sudah sewajarnya kita harus menghormatinya. Jika kita tidak mampu mebalas semua jasa-jasanya dengan harta benda mungkin hanya denga kasih sayang, rasa hormat dan prilaku baik sudah cukup untuk bisa membahagiakannya. Untuk itu sebelum terlambat tunjukkanlah rasa kasih saying mu kepada ayah, karena tanpa beliau kita tidak akan pernah bisa menjadi siapa-siapa seperti sekarang ini.

0 komentar:

Posting Komentar